Football5Star.com, Indonesia – Alexandre Polking, pelatih timnas Thailand, angkat bicara soal kegagalan Changsuek di level junior. Menurut dia, ada satu hal mendasar yang membuat Negeri Gajah Putih tak bisa berbicara banyak di ajang kelompok umur sepanjang 2022. Itu adalah ketiadaan liga usia muda.
Akibat pandemi COVID-19, kompetisi usia muda di Thailand terhenti. Hal ini berimbas pada penurunan kualitas timnas junior Thailand yang berlaga di berbagai ajang sepanjang 2022. Mereka sama sekali gagal menjadi yang terbaik di Piala AFF U-23, SEA Games XXXI, Piala AFF U-19, dan Piala AFF U-16.

“Saya lihat alasannya adalah para pemain muda tak punya liga untuk berkompetisi. Ini membuat mereka tidak bisa berkembang dan menunjukkan keberlanjutan ketika berlaga di sebuah turnamen,” urai Alexandre Polking seperti dikutip Football5Star.com dari Siam Sport.
Menurut Polking, sangat sulit bagi pelatih untuk bisa menyusun tim yang kuat bila para pemain yang datang tak tergembleng kompetisi. “Seorang pemain dipanggil untuk menjalani pemusatan latihan 1-2 pekan. Metode ini tidak menolong dia untuk berkembang,” ucap pelatih berdarah Brasil-Jerman itu.
Alexandre Polking Kritik Kompetisi Usia Muda
Meskipun demikian, Alexandre Polking menilai Thailand ke depan bisa kembali bangkit. Pasalnya, kompetisi untuk talenta-talenta muda akan kembali bergulir seperti biasa. Dia meyakini hal itu akan membuat timnas junior Thailand akan jauh lebih solid dan kuat untuk bersaing di turnamen internasional.
“Sekarang, liga usia muda sudah bersiap untuk kembali bergulir. Itu akan membantu para pemain untuk bisa tampil secara reguler. Ini juga akan membantu perkembangan mereka dan bagus untuk timnas nasional pada masa yang akan datang,” ujar pelatih yang membawa Changsuek juara Piala AFF 2020 itu.

Kompetisi usia muda memang selalu jadi salah satu hal yang paling disorot Polking. Selepas juara Piala AFF 2020, dia terang-terangan mengkritik sistem kompetisi usia muda di Thailand yang hanya berupa turnamen-turnamen pada periode tertentu dan berlangsung dalam tempo singkat.
Menurut Polking, sistem itu tidaklah ideal. Dia mengusulkan kompetisi wilayah yang bisa memastikan setiap pemain punya kesempatan bermain secara reguler hingga 40 pertandingan per tahun. Hal ini penting untuk mengasah kemampuan, mentalitas, dan daya saing talenta-talenta muda.