Football5Star.com, Indonesia – Ada hal menarik pada catatan fakta Piala Dunia mengenai laga-laga final. Sejak 1930 hingga 2018, rata-rata laga final dilangsungkan di ibu kota negara tuan rumah atau setidaknya masih berada di wilayah ibu kota meskipun sudah berada di pinggiran.
Berdasarkan catatan fakta Piala Dunia, anomali baru terjadi 3 kali. Pelopornya adalah Stadion Olimpiade Munich di Piala Dunia 1974. Meskipun ada Stadion Olimpiade Berlin yang berkapasitas lebih besar, panita memilih Munich karena terbilang baru. Stadion ini dibangun khusus untuk Olimpiade dua tahun sebelumnya.
Putusan memilih Munich sebagai tempat final juga didasarkan dua alasan lain. Pertama, gairah sepak bola di sana sangat besar dengan kesuksesan Bayern Munich saat itu. Timnas Jerman Barat pun ditulangpunggungi para pemain Die Roten. Kedua, ada resistensi politik dari beberapa tim soal laga yang digelar di Berlin.
Dua edisi lain Piala Dunia yang finalnya digelar di luar ibu kota negara tuan rumah adalah pada 1994 dan 2002. Pada 1994, Stadion Rose Bowl di Los Angeles yang dipilih sebagai tempat final, bukan Washington. Adapun pada 2002, Yokohama mengalahkan Seoul dan Tokyo.
Ada satu kemiripian yang mendasari pemilihan Los Angeles dan Yokohama sebagai venue final. Stadion di kedua kota itu adalah yang terbesar saat penyelenggaraan Piala Dunia. Stadion Rose Bowl berkapasitas 94.194 penonton. Itu jauh dari Stadion RFK Memorial di Washington, Ibu Kota AS, yang hanya berkapasitas 54.121 orang.
Pada Piala Dunia 2002 yang digelar di Korea Selatan dan Jepang, Stadion Internasional Yokohama berkapasitas 72.327 penonton. Adapun stadion yang berada di Seoul, Ibu Kota Korsel, hanya bisa menampung 63.961 penonton. Bagaimana dengan Tokyo, Ibu Kota Jepang? Kota itu bahkan tak termasuk venue Piala Dunia.
Rose Bowl Hampir Tak Masuk Catatan Fakta Piala Dunia
Menurut Los Angeles Times, Komite Eksekutif FIFA memang menyetujui Stadion Rose Bowl sebagai venue final Piala Dunia 1994 karena kapasitasnya. Di samping itu, Los Angeles juga punya catatan positif karena sukses menyelenggarakan Olimpiade pada satu dekade sebelumnya.
Ketika itu, sebetulnya sempat ada desakan dari warga Washington untuk membangun stadion baru yang lebih besar. Namun, hal itu kandas. Rose Bowl kemudian hanya bersaing dengan Stadion Joe Robbie di Miami. Pada akhirnya, Joe Robbie dicoret karena ada potensi bentrok dengan final liga nasional baseball.
Keraguan terhadap Rose Bowl bukannya tak ada. “Beberapa kerusuhan sempat menimbulakn pertanyaan dari komite pemilihan venue. Namun, itu juga membentuk sikap masyarakat Los Angeles untuk menunjukkan bahwa ini kota yang baik,” kata Alan Rothenberg, Presiden USSF kala itu seperti dikutip Football5Star.com dari Los Angeles Times.
Di samping itu, pemilihan Rose Bowl juga didukung keyakinan Presiden FIFA Joao Havelange yang menyaksikan antusiasme penonton pada 3 laga sepak bola saat Olimpiade Los Angeles 1984. “Saya kira ini bukan sebuah risiko. Saya mencium antusiasme saat berada di sana pada Olimpiade 1984,” kata dia.
Sementara itu, Yokohama sempat diragukan karena adanya genangan saat final Piala Konfederasi pada 2001. Lalu, saat Piala Dunia berlangsung, ada rumor final akan dipindahkan ke Korsel sebagai bentuk keberpihakan FIFA. Namun, itu ditepis Presiden FIFA Sepp Blatter.
“Rumor yang beredar membuat saya harus menegaskan hal berikut. Pertama, final Piala Dunia 2022 akan tetap digelar di Yokohama pada 30 JUni pukul 8 malam waktu setempat. Kedua, menolak sepenuhnya seluruh tuduhan konspirasi bahwa kami memihak Korsel,” ujar Sepp Blatter.
