[KOLOM] Ismed Sofyan dan 21 Tahun Pengabdian yang Tak Mudah di Persija

BACA JUGA

Football5star.com, Indonesia – Pada masanya, tidak banyak pemain asal Aceh yang sukses di belantika sepak bola nasional. Apalagi menembus tim sebesar Persija Jakarta. Tapi Ismed Sofyan mampu melakukannya.

Dia bukan pemain numpang lewat di Persija. Tidak pula jadi penghangat bangku cadangan. Melainkan legenda yang nyaris tak pernah kehilangan tempat di tim utama.

- Advertisement -

Sekarang memang sudah banyak pemain Aceh yang bermain di kasta tertinggi sepak bola Indonesia. Yang mengangkat trofi Liga 1 pun ada.

ismed sofyan-persija-okezone
okezone

Akan tetapi dulu, tepatnya pada millennium baru, hanya segelintir “Aneuk Nanggroe” yang berhasil.  Bahkan salah satu legenda terbesarnya, Irwansyah, memilih bermain di Persiraja Banda Aceh.

- Advertisement -

Padahal saat itu dia lebih besar dari pemain Aceh mana pun. Tak terkecuali Ismed. Namun, Ismed lah yang akhirnya punya karier lebih cemerlang.

Sempat bersama-sama dengan Irwansyah di Persiraja, pria kelahiran Tualang Cut, Aceh Timur, mengadu nasib ke ibu kota 2000 silam. Bukan Persija yang jadi tujuan pertama.

- Advertisement -

Persijatim yang jadi klub luar Naggroe Aceh Darussalam Ismed Sofyan. Dua tahun kemudian dia baru berseragam Macan Kemayoran.

Sejak saat itu posisinya tak pernah tergantikan di posisi bek kanan. Baik bersama Persija maupun timnas Indonesia.

Senang susah dijalani Pak Haji bersama klub ibu kota. Ketika timnya juara atau terpuruk sekali pun dia selalu ada.

Sebagaimana klub Indonesia pada umumnya, ada kalanya Persija menunggak gaji pemain. Ismed pun beberapa kali megalami masalah itu.

ismed sofyan-bambang pamungkas-tribun
tribun

Nihilnya pendapatan, Ismed nyatanya tetap setia. Tak punya uang tidak memudarkan kecintaannya terhadap Persija. Padahal legenda sekaliber Bambang Pamungkas sampai dua kali pergi dari ibu kota.

Pada 2013 lalu gaji disebut-sebut menjadi alasan Bambang Pamungkas untuk pergi ke Pelita Bandung Raya. Lalu Ismed? Ada pertimbangannya untuk pergi.

Tawaran menggiurkan juga didapat dari Sriwijaya FC. Tapi cinta Pak Haji kadung besar untuk Macan Kemayoran.

“Pada 2013 selangkah lagi saya terbang ke Palembang untuk gabung dengan Sriwijaya. Tapi itu semua saya urungkan karena kecintaan yang sangat besar untuk Persija,” cerita Pak Haji seperti dikutip dari CNN Indonesia.

“Saya bertahan bukan karena materi. Saya merasa Persija sudah seperti rumah dan keluarga yang sulit ditinggalkan,” sambung mantan pemain PSBL Langsa.

Ismed Sofyan Pergi tapi Belum Mau Pensiun

Ucapan Pak Haji harusnya sudah cukup bagi kita untuk tidak mempertanyakan alasannya meninggalkan Persija saat ini. Karena seperti yang ditulis di Instagramnya, meninggalkan atau ditinggalkan sudah menjadi siklus kehidupan.

Rasa-rasanya, untuk mengukur kesetiaan seorang pemain di Liga Indonesia, Ismed lah tolak ukurnya. Untuk urusan ini dia lebih besar dari Bambang Pamungkas.

ismed sofyan-cnn
cnnindonesia

Atau pemain-pemain hebat lain sekali pun yang pernah ada di Indonesia. Karena, siapa lagi yang mampu dan mau bertahan di satu klub selama 21 tahun?

Dengan performa yang sudah digerogoti usia, ditambah cedera yang silih berganti datang tiga musim terakhir, Ismed Sofyan merasa sudah cukup.

Enggan menyebut diri sebagai legenda, dia mengumumkan akan meninggalkan ibu kota.  “Meninggalkan atau ditinggalkan sudah menjadi siklus kehidupan. Berbeda cara berbeda makna. Hanya saja itu semua sudah berdasarkan ketetapannya,” tulis Ismed di Instagram.

“Status saya sudah bukan sebagai pemain Persija lagi pertanggal 11 Agustus dan sudah menyelesaikan kontrak dengan manajemen. Saya akan gantung sepatu, tapi tidak di Persija,” sambungnya.

Kalimat “Gantung sepatu tapi tidak di Persija” seakan menyiratkan masih ada hasrat terpendam dalam dirinya untuk bermain. Belum ada tanda-tanda ke mana pria 43 tahun menetapkan pelabuhan terakhir.

Kemungkinan palling besar adalah pulang ke Aceh. Karena kepulangannya selalu dinantikan dan dia memang ingin pulang sejak lama.

Baik itu ke Persiraja Banda Aceh atau balik ke PSBL Langsa agar dekat dengan kampung halaman.

ismed sofyan-kompas
kompas

“The Jak, 21 tahun bukanlah waktu yang singkat bagi saya selalu bersama kalian. Suka duka sudah kita lewati bersama. Tetaplah seperti ini terhadap klub yang kalian cintai. Sekali lagi terima kasih banyak Jak Mania,” sambung Ismed Sofyan.

“Jakmania, mungkin saya bukanlah legenda. Saya hanya lelaki biasa yang mengais rezeki di ibu kota. Tapi di mana pun saya berada Jakmania akan selalu punya tempat di hati saya,” tutupnya.

Ismed enggan disebut legenda. Tapi 21 tahun pengabdian, penantian 17 tahun untuk juara liga bersama Persija Jakarta, berdosa untuk kita tidak menyebutnya legenda.

Lagi pula saya ragu di masa depan ada lagi pemain yang mau bertahan di satu klub sampai 21 tahun lamanya.

- Advertisement -

More From Author

- Advertisement -

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img