Football5star.com, Indonesia – Bukan perkara mudah menjadi seorang pelatih. Seorang yang pada masa bermainnya tampil luar biasa dan menjadi sosok legenda belum tentu mampu mengemban tugas sebagai pelatih dengan sama baiknya.
Ini pula yang membuat banyak pemain hebat harus belajar lebih dulu dan menimba ilmu sebagai seorang asistenagar bisa menjadi pelatih jempolan. Cara ini bisa dibilang sebagai cara yang paling jitu.
Bahkan dengan cara ini pula, tidak dibutuhkan seorang yang punya karier mentereng sebagai pemain untuk bisa menjadi pelatih hebat. Proses belajar yang mereka jalani selama menjadi asisten dengan sendirinya akan membuat mereka menjelma menjadi pelatih jempolan di kemudian hari.
Untuk itu, Football5star telah merangkum lima asisten yang menjelma menjadi pelatih hebat:
- Jose Mourinho

Siapa yang tidak kenal Jose Mourinho. Selama hampir dua dekade dia membuktikan diri sebagai salah satu juru taktik terbaik dunia. Kehebatannya tidak hanya berlaku di satu kompetisi saja, tapi juga empat kompetisi sekaligus, yaitu Portugal, Inggris, Italia, dan Spanyol.
Tapi siapa sangka jika karier manajerial Mourino berawal dari kursi asisten. Bukan satu dua pelatih yang dia asisteni. Namun, ada tiga pelatih. Mereka adalagh Manuel Fernandes, Sir Bobby Robson, dan Louis van Gaal.
Bisa dibilang, dia adalah orang kepercayaan Sir Bobby Robson. Bagaimana tidak, pelatih Tottenham Hotspur mendampingi nakhoda legendaris Inggris di tiga klub berbeda. tiga klub tersebut adalah Sporting Lisbon, FC Porto, dan Barcelona.
- Joachim Loew

Jika Jose Mourinho butuh waktu lama untuk naik pangkat menjadi pelatih kepala, hal berbeda dirasakan Joachim Loew. Namun, Loew harus rela menjabat asisten pelatih pada dua era berbeda.
Karier manajerialnya berawal saat mendampingi Rolf Fringer sebagai pelatih VfB Stuttgard 1995 silam. Lengsernya Fringer membuat Joachim Loew naik jabatan menjadi pelatih kepala selama dua musim.
Ia kemudian pindah kebeberapa klub seperti Fenerbahce, Karlsruher, Adanaspor, hingga Austria Vienna sebagai pelatih. Dan pada 2004 silam, ia dipanggil Juergen Klinsmann untuk mendampinginya di timnas Jerman untuk menghadapi Piala Dunia 2006.
Usai Piala Dunia 2006, Loew meneruskan pekerjaan Klinsmann hingga sekarang. Dan siapa sangka, apa yang dia capai justru lebih hebat dari yang dilakukan mentornya tersebut. pelatih berusia 60 tahun membawa Tim Panser juara Piala Dunia 2014 lalu.
- Hansi Flick

Jerman memang tak pernah kehabisan stok pelatih hebat. Uniknya, karier mereka juga banyak berawal dari kursi asisten pelatih. Salah satunya adalah pelatih Bayern Munich saat ini, Hansi Flick.
Bisa dikatakan bahwa Hansi Flick adalah tangan kanan Joachim Loew. Bagaimana tidak, ia menjadi asisten Loew selama delapan tahun. Setelah itu, ia mengabdi untuk mantan klubnya, Bayern Munich, untuk mendampingi Niko Kovac 2019 lalu.
Kecerdasannya pula yang membuat manajemen Bayern Munich percaya penuh untuk memberi tanggung jawab pelatih 55 tahun sebagai suksesor Niko Kovac. Mungkin masih terlalu dini menyebutnya sebagai pelatih hebat. Tapi perubahan signifikan yang dibuat bersama Die Roten sudah cukup membuktikan anggapan tersebut.
- Zinedine Zidane

Jika dua nama di atas tidak memiliki karier yang gemilang sebagai pemain, nama berikut ini tentu sangat berbeda. Ya, siapa yang meragukan kehebatan Zinedine Zidane semasa masih bermain.
Semasa bermain, Zinedine Zidane adalah sosok yang cerdas. Hal ini pun dia bawa ketika meniti karier sebagai pelatih. Ia memilih belajar dari mantan pelatihnya, Carlo Ancelotti, saat menukangi Real Madrid pada 2013 lalu.
Waktu dua tahun sudah cukup untuknya menimba ilmu dari Don Carlo. Hal ini disadari betul oleh Real Madrid yang menunjuk Zizou sebagai pengganti Ancelotti pada 2016. Hasilnya pun sungguh menakjubkan. Ia menjadikan El Real sebagai satu-satunya klub yang mampu meraih trofi Liga Champions tiga musim beruntun.
- Roberto Mancini

Roberto Mancini mungkin jadi pelatih hebat yang menjalani karier sebagai asisten dalam waktu singkat. Dia hanya semusim mendampingi Sven Goran Eriksson di Lazio. Tapi ilmu yang dia dapat dari sang mentor masih tetap bertahan hingga sekarang.
Awal kariernya sebagai pelatih memang tidak langsung melejit. Namanya baru benar-benar diakui ketika menukangi Inter Milan 2004 silam. Terbukti ia sukses memperolah tiga scudetto dan empat Coppa Italia.
Kariernya kian melejit saat pindah ke Inggris untuk mengawali revolusi baru Manchester City. Roberto Mancini pula yang membawa City juara Liga Inggris musim 2011-2012. Itu merupakan trofi pertama mereka dalam 60 tahun terakhir. Kini, daya magis Mancio coba ia tularkan di timnas Italia lewat kebangkitan mereka dengan para talenta muda.