Football5star.com, Indonesia – Perhelatan EURO 2020 telah memasuki babak fase gugur. 16 negara akan saling mengalahkan di babak 16 besar EURO 2020. Pada pertandingan di fase gugur ini satu hal yang mungkin terjadi ialah adu penalti untuk menentukan pemenang.
Pada perhelatan EURO 2020, sudah tercipta 14 penalti yang terjadi, 12 penalti tepat sasaran namun hanya 8 penalti yang berbuah gol, 4 diantaranya mampu diselamatkan oleh penjaga gawang. Menendang penalti bukan perkara mudah, apalagi sepakan penalti itu menentukan untuk tim yang dibela si pesepak bola.

Menurut psikolog, Tom Young, dalam tendangan penalti, sosok kiper memang terbilang penting. Bakal banyak tekanan di pundak si kiper saat tendangan penalti terjadi.
“Dari sudut pandang kiper, penalti membawa lebih sedikit ancaman dan lebih banyak tekanan serta peluang untuk menjadi seorang pahlawan,” kata Young seperti dikutip Football5star.com dari ESPN, Sabtu (26/6/2021).
Pertanyaan Young ini diamini oleh mantan pelatih kiper Manchester United, Eric Steele. Menurut Steele, saat ini untuk tendangan penalti presentasenya bisa 70 berbanding 30.
“Dulu duel penalti bisa dikatakan 50 berbanding 50. Tapi saat ini saya pikir sudah menjadi 70 berbanding 30 untuk kiper,” ungkap Steele.
Menurut Steele, kepercayaan diri dari algojo penalti membuat kiper bisa saja melakukan kesalahan namun kemudian hal itu berubah, saat ini banyak pemain yang memilih untuk tidak langsung melihat kiper dan langsung menyepak bola.
“Anda sekarang memiliki pemain seperti Bruno Fernandes dan Rashford yang hanya berjalan dan melihat kiper sebelum menyepak bola. Itu kepercayaan diri mereka. Tetapi para penyerang sekarang tahu untuk lebih memilih menendang bola dengan kecepatan dan kekuatan,” ungkap Steele.
Mengatasi tekanan
Saat pesepak bola harus dihadapkan pada situasi adu penalti, Tom Young menyebut bahwa si pemain itu harus bisa mengatasi tekanan sebelum ia mengeksekusi bola. Karena bisa atasi tekanan akan membuat si pemain lebih mudah mencetak gol saat mengeksekusi adu penalti.
“Saya ingat seorang pelatih mengatakan tidak ada gunanya berlatih penalti jika Anda tidak bisa mengatasi tekanan. Mereka benar, tentu saja Anda tidak bisa, tetapi Anda bisa mencobanya,” kata Yong.

“Saya akan meminta pemain untuk berlatih berjalan dan melihat ke depan saat melakukan eksekusi penalti. Ini rutinitas yang harus terus dilatih. Pemain terbaik menggunakan itu untuk mendapatkan keuntungan dari tekanan yang mereka dapatkan,”
Menurut Young, peranan psikolog dalam satu tim yang berkompetisi di EURO 2020 atau event Piala Dunia terbilang sangat penting. Inggris menurut Young pada Piala Dunia 2018 menggunakan psikolog sebagai bagian dari staf pelatih.
“Para psikolog ini juga bekerja membangun mental pemain Inggris jika harus mengerjakan adu penalti. Setiap pemain saat itu melakukan rutinitas konsisten untuk menghadapi situasi adu penalti”
Menariknya, menurut Tom Young, psikolog lain bernama Geir Jordet pernah mendata penalti yang terjadi di EURO, Piala Dunia dan Liga Champions. Dari temuan Jordet, bahwa pemain yang membelakangi kiper atau menghindar kontak mati saat akan mengambil penalti cenderung gagal.
“Juga semakin cepat pemain beraksi terhadap peluit wasit saat penalti, semakin besar kemungkinan mereka gagal mencetak gol,” ucap Tom Young.