Korban Pelecehan Seksual Hanya Ingin Dani Alves Masuk Penjara

BACA JUGA

Football5Star.com, Indonesia – Kasus pelecehan seksual yang dilakukan Dani Alves terhadap seorang wanita di Barcelona, Spanyol, terus bergulir. Menurut Ester Garcia Lopez, pengacara korban, kliennya hanya ingin keadilan. Satu-satunya hal yang diinginkan adalah melihat eks pemain El Barca itu mendekam di penjara.

Korban yang dirahasiakan identitasnya itu menutup pintu maaf bagi pemain yang baru saja dipecat Pumas UNAM itu. Begitu pula kemungkinan adanya penyelesaian di luar pengadilan dengan melibatkan sejumlah kompensasi ekonomi. Dia sama sekali tak membutuhkan dan menginginkan hal tersebut.

Kontrak Dani Alves diputus Pumas UNAM karena pelecehan seksual.
Getty Images
- Advertisement -

“Saya ingat dia menatap saya dan berkata, ‘Ester, saya beruntung punya kehidupan yang baik dan saya tak ingin kompensasi. Saya ingin penjara (untuk Dani Alves).’ Dia begitu keukeuh dan itu membuat saya terkejut,” urai Ester Garcia Lopez seperti dikutip Football5Star.com dari UOL Esporte.

Sang pengacara menambahkan, “Saya katakan, ‘Saya tahu, tapi Anda juga punya hak untuk mendapatkan kompensasi karena ada cedera fisik dan mental.’ Namun, dia berkeras. Dia berkata, ‘Saya tak butuh uang!’ Kami harus menghormati putusannya.”

Kelab malam Sutton adalah TKP kasus pelecehan seksual yang dilakukan Dani Alves.
Getty Images

Dani Alves Hadapi Masalah Besar

- Advertisement -

Putusan korban tak mau ada penyelesaian di luar pengadilan jadi masalah besar bagi Dani Alves. Boleh dibilang, dia kini harus siap menjalani hukuman penjara 4-12 tahun. Itu karena bukti-bukti yang ada mendukung sepenuhnya tuduhan yang dialamatkan kepada dirinya.

Tak seperti Alves yang mencla-mencle dalam memberikan keterangan, korban selalu menjelaskan hal yang sama pada 3 pemeriksaan. Bagi Ester Garcia Lopez, ini sangat penting untuk meyakinkan penyidik. Apalagi, deskripsi yang diberikan juga lengkap dan akurat.

Kendaraan polisi saat pemindahan Dani Alves ke tempat lain.
antena3.com
- Advertisement -

“Dia memberikan keterangan lengkap, tanpa kontradiksi. Dia mengingat semuanya dari awal hingga akhir. Korban pelecehan seksual harus memberikan beberapa kesaksian. Dia menjelaskan fakta-fakta ketika tiba di rumah sakit. Dia menjelaskan lagi di kantor polisi. Lalu, menguiraikannya lagi di pengadilan. Tak boleh ada kontradiksi,” kata sang pengacara.

Menurut Ester, hal itu terdengar mudah. Namun, pada kenyataannya tidaklah demikian. Pengalaman traumatik, kata dia, bisa membuat korban lupa beberapa hal dan baru menyadari beberapa hari kemudian. Hal itu tak terjadi pada kliennya yang bahkan mampu mengidentifikasi tato di antara perut dan kemaluan Alves.

- Advertisement -

More From Author

- Advertisement -

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img