Football5Star.com, Indonesia – Panpel Arema FC sebenarnya sudha mengingatkan pihak kepolisian soal gas air mata. Hal itu diungkapkan ketua panpel, Achmad Haris, usai ditetapkan sebagai tersangka.
Sepak bola Indonesia berduka. Setelah pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya, Sabtu, 1 Oktober 2022, kericuhan pecah di dalam Stadion Kanjuruhan. Oknum suporter awalnya merangsek masuk ke dalam lapangan dan bikin kepolisian menembakkan gas air mata ke arah tribune.

Kabarnya, tembakan gas air mata ke tribune itulah yang jadi penyebab banyaknya korban meninggal dunia dalam Tragedi Kanjuruhan. Mereka yang meninggal rata-rata karena kekurangan oksigen. Tak kurang dari 131 nyawa melayang dalam peristiwa tersebut.

“Waktu rakor di lapangan tenis Polres Malang bersama kepolisian, match steward, dan Aremania, saya sudah menyampaikan jangan sampai terjadi penembakan gas air mata, harus belajar dari peristiwa tahun 2018. Waktu itu ada 214 korban yang matanya perih, sesak napas, dan satu korban jiwa,” kata Haris dikutip dari Wearemania.
“Kepada suporter, saya juga sudah mengingatkan agar bertindak no rasis, no flare, no copet, dan yang masuk stadio harus bertiket,” sambung dia.
Panpel Arema FC Minta Ada Otopsi kepada Korban
Haris juga meminta jasad korban Tragedi Kanjuruhan dilakukan otopsi untuk diketahui penyebabmya. Sebab, dia merasa kalau gas air mata yang ditembakkan pihak keamanan sangat berbeda.

“Saya minta (jasad korban) diotopsi, ini meninggal karena apa? Berhimpitan atau karena gas air mata? Tolong ini diusut tuntas. Saya minta, saya mohon. Kalau mau menghalau Aremania yang mau masuk ke lapangan, masak harus ditembakkan ke pintu evakuasi 12-13, dan pintu 13? Di sana itu banyak keluarga,” tutup dia.