
Football5star.com, Indonesia – Pengalaman cukup mengerikan pernah dirasakan oleh eks Persela, Omar El Hussein. Saat pecah hura hura di Mesir pada 2011, ia mengaku harus memutuskan untuk keluar dari tanah kelahirannya tersebut.
“Setelah revolusi dan insiden Port Said, situasi sepak bola di Mesir tidak stabil dan saya yakin bahwa jika saya terus bermain, saya tidak akan mendapatkan apapun di karier saya, jadi saya memutuskan untuk pergi dari Mesir. Situasi tidak menentu dan menyeramkan,” ucap El Hussein seperti dikutip Football5star.com dari khabarmasr, Kamis (17/7/2020).

“Saya lalu menghubungi seorang agen dan mendapat tawaran di Estonia. Saya pun kemudian bermain untuk Levadia Tallinn. Saya mendapatkan kontrak selama satu musim di sana,” tambahnya.
Di musim pertamanya di klub Estonia tersebut, El Hussein bermain sebanyak 31 pertandingan dan mencetak 7 gol serta 8 assists. “Namun di musim kedua, saya menurun dan hanya mencetak 3 gol dan 7 assists,” ucapnya.
Ia pun pergi dari Latvia karena menolak perpanjangan kontrak. Tawaran pun datang dari Persela setelah itu dan ia menerimanya. Sayang di Lamongan, ia hanya bermain 10 pertandingan dan mencetak 9 gol.
“Saya mendapat tawaran dari Liga Indonesia, tetapi karena ada hukuman dari FIFA untuk kompetisi di sana, saya memutuskan untuk pergi ke Liga Estonia dan mendapat kontrak selama setengah musim,”
Kembali ke Liga Estonia, eks Persela ini bergabung ke Paide Linnameeskond dan bermain sebanyak 19 kali. Ia klub kelima di kariernya profesionalnya tersebut, El Hussein mencetak 15 gol.
Menurutnya bermain di empat kompetisi berbeda membuat ia mendapatkan banyak pelajaran. Ia pun menyebut ada perbedaan mendasar dari empat kompetisi yang pernah dijalaninya.
“Keempat liga bukan liga utama, tetapi semua kompetisi memiliki tantangan yang tidak sama. Di India misalnya para penontonnya tidak seperti suporter di Eropa,” ucap pemain yang pada musim lalu bermain di klub India, Mohun Bagan tersebut.
[better-ads type=’banner’ banner=’156417′ ]