Usai Tragedi Kanjuruhan, Retina Mata Remaja Ini Tak Ada Warna Putih

BACA JUGA

Football5Star.com, Indonesia – Tragedi Kanjuruhan masih menyisakan kepedihan kepada salah satu suporter bernama Fabianca Cheendy Chahairun Nisa. Retina mata remaja berusia 14 tahun itu sudah tak ada warna putihnya akibat gas air mata.

Sabtu, 1 Oktober 2022, kericuhan pecah di dalam Stadion Kanjuruhan. Oknum suporter awalnya merangsek masuk ke dalam lapangan dan bikin kepolisian menembakkan gas air mata ke arah tribune. Kabarnya, tembakan gas air mata ke tribune itulah yang jadi penyebab banyaknya korban meninggal dunia dalam Tragedi Kanjuruhan.

- Advertisement -
Usai Tragedi Kanjuruhan, Retina Mata Remaja Ini Tak Ada Warna Putih
football5star.com/wandasyafii

Suporter Arema yang meninggal rata-rata karena kekurangan oksigen. Tak kurang dari 131 nyawa melayang dalam peristiwa tersebut. Tak cuma korban meninggal, yang selamat pun masih merasakan pedihnya gas air mata pada Tragedi Kanjuruhan. Selain Nisa, ada pula korban selamat lain yang masih menyisakan luka. Rafi Atta Dzia’ul Hamdi, salah satunya.

Usai Tragedi Kanjuruhan, Retina Mata Remaja Ini Tak Ada Warna Putih
Ari Bowo Sucipto/Antara

“Rafi Atta Dzia’ul Hamdi (14) mengalami pendarahan pada mata. Sedangkan kakaknya, Yuspita Nuraini (25) masih batuk dan sesak napas,” ungkap anggota TGIPF, Akmal Marhali dikutip dari Surya Malang.

- Advertisement -

Akmal melanjutkan, ada sejumlah nama lain yang masih terluka pasca-Tragedi Kanjuruhan. M Iqbal (16 tahun) juga mengalami pendarahan pada mata, luka di kaki, dan luka di pinggang akibat terinjak-injak. “Ahmad Afiq Aqli asal Jember masih dirawat dengan mata merah, serta kaki dan tangan patah. Semua gara-gara gas air mata,” sambung dia.

36 Korban Tragedi Kanjuruhan Masih Rawat Inap

Selain itu, total masih ada 36 korban luka-luka yang masih dalam perawatan intensif usai Tragedi Kanjuruhan. “Korban mengalami luka jasmani dan luka rohani,” papar dia.

- Advertisement -
Usai Tragedi Kanjuruhan, Retina Mata Remaja Ini Tak Ada Warna Putih
Istimewa

“Semua pihak harus memberi perhatian khusus. Para korban pasti mengalami guncangan psikologis sehingga perlu pendampingan agar mereka bisa menjalani hidup dengan normal,” tuntas Akmal.

- Advertisement -

More From Author

- Advertisement -

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img